
Yogyakarta – Seiring berjalannya waktu, keterampilan yang perlu dikuasai juga terus turut berkembang. Manusia dituntut untuk selalu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Hal ini dilakukan agar keterampilan yang dimiliki bisa memenuhi kebutuhan di era sekarang. Terkait hal ini, World Economic Forum telah melakukan penelitian meta-analisis tentang keterampilan abad ke-21 di lingkungan usia produktif (Febriyani 2023).
Penting bagi seseorang, tidak hanya memiliki keterampilan individualis yang baik tetapi juga mampu bersaing dan berkontribusi dalam masyarakat yang terus berubah. Nah, keterampilan ini terdiri atas tiga kategori keterampilan, yaitu literasi dasar, kompetensi, dan keterampilan sosial.
Dari ketiga kategori keterampilan tersebut, penulis akan memfokuskan pembahasan pada penjelasan keterampilan sosial.
Keterampilan sosial (social skills) adalah bagian penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa keterampilan sosial, seseorang akan kesulitan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, karena keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya mencakup kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memberikan dan menerima kritik (Mu’tadin, 2006: 67).
Perlunya kemampuan sosial untuk menjalin hubungan dan menyelesaikan masalah dengan orang lain, sehingga dapat hidup harmonis dan beradaptasi dengan baik dalam masyarakat; yaitu dengan menumbuhkan empati, kemurahan hati, kepekaan, dan kesadaran memberi bantuan (Fithriyana 2019).
Supaya berhasil dalam melakukan interaksi sosial, seseorang umumnya memerlukan beberapa keterampilan sosial yang meliputi pemikiran, pengendalian emosi, dan perilaku yang terlihat, yaitu antara lain:
Memahami Pikiran dan Emosi Orang Lain
Memahami maksud pikiran dan emosi orang lain berarti memiliki kemampuan untuk secara efektif menempatkan diri pada posisi orang lain dan mengerti apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan harapkan. Ini melibatkan kemampuan untuk membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan sinyal non-verbal lainnya untuk menafsirkan perasaan dan niat orang lain, serta memiliki empati untuk merasakan apa yang mereka rasakan.
Memverifikasi Informasi
Menangkap dan mengolah informasi tentang partner sosial serta lingkungan pergaulan yang potensial menimbulkan terjadinya interaksi, merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengumpulkan data tentang orang-orang di sekitarnya dan lingkungan sosial tempat mereka berada. Ini melibatkan pengamatan dan pemahaman tentang siapa yang ada di sekitar kita, bagaimana mereka berperilaku, apa minat atau kebutuhan mereka, serta bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.
Dengan memiliki pemahaman yang baik tentang partner sosial dan lingkungan pergaulan, seseorang dapat lebih baik mempersiapkan diri untuk interaksi sosial, merespons dengan tepat terhadap situasi yang muncul, dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.

Memahami Cara untuk Memulai, Menjaga, dan Mengakhiri Interaksi
Ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk memilih dan menggunakan berbagai strategi atau teknik yang tepat untuk memulai, menjaga, dan mengakhiri interaksi dengan orang lain secara positif.
Mengikutsertakan keterampilan dalam membangun hubungan interpersonal yang efektif, termasuk kemampuan untuk memulai percakapan dengan sopan, menjaga percakapan agar tetap berjalan dengan lancar, dan mengakhiri interaksi dengan cara yang membuat semua pihak merasa dihargai dan puas.
Mengenali Konsekuensi dari Sebuah Tindakan Sosial
Kemampuan seseorang untuk memahami dampak atau akibat dari tindakan sosial yang dilakukan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain yang terlibat dalam interaksi sosial tersebut.
Menjalankan kesadaran akan implikasi dari perilaku atau keputusan yang diambil dalam interaksi sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta pengakuan terhadap konsekuensi positif atau negatif yang mungkin timbul dari tindakan tersebut. Tujuannya adalah mencegah sebab-sebab konflik atas adanya kesalahpahaman, ketidaknyamanan, dll.
Memperhatikan Kepentingan Orang Lain
Merujuk pada sikap yang memperhatikan dan menghargai kepentingan orang lain dengan serius. Ini mencakup kesediaan untuk memperhatikan dan menghormati perspektif, kebutuhan, dan keinginan orang lain dalam interaksi sosial. Bersikap sungguh-sungguh berarti memberikan perhatian penuh dan mengambil tindakan yang sesuai untuk memperhatikan dan memenuhi kepentingan orang lain dengan sebaik mungkin.
Ini juga melibatkan kesediaan untuk berempati dan mengambil tindakan yang mendukung kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain, bahkan jika itu mungkin memerlukan pengorbanan atau kompromi dari diri sendiri.
Mengekspresikan Emosi Secara Tepat
Kemampuan untuk mengekspresikan emosi positif secara sesuai dan efektif dalam berbagai situasi sosial, dapat membantu membangun hubungan yang baik dengan orang lain, seperti menunjukkan perasaan seperti sukacita, kegembiraan, dan kehangatan secara tulus dan tepat waktu. Selain itu, menghambat emosi negatif berarti mampu mengendalikan atau menahan ekspresi emosi yang mungkin tidak diinginkan, seperti kemarahan, kekecewaan, atau frustrasi, agar tidak merusak interaksi sosial atau hubungan dengan orang lain.
Hal ini melibatkan penggunaan strategi yang tepat untuk mengelola emosi negatif, seperti berbicara dengan tenang, menghindari konfrontasi yang tidak perlu, atau mencari solusi yang konstruktif dalam menghadapi situasi yang menantang.
Mengenali Perilaku Negatif
Upaya mengendalikan atau mengurangi perilaku yang muncul sebagai hasil dari pemikiran dan perasaan negatif terhadap partner sosial seseorang. Misalnya, jika memiliki pemikiran atau perasaan negatif terhadap seseorang dalam interaksi sosial, seperti rasa iri, dendam, atau kebencian, hal tersebut dapat mengarah pada perilaku negatif seperti sikap defensif, sikap merendahkan, atau perilaku agresif.
Oleh karena itu, menekan perilaku negatif ini berarti mengenali dan mengatasi pemikiran dan perasaan negatif tersebut, sehingga tidak mempengaruhi perilaku seseorang terhadap partner sosialnya. Ini bisa dilakukan dengan cara mengubah cara pandang atau sikap terhadap partner sosial, mencari pemahaman yang lebih baik tentang situasi, atau mencari cara untuk menyelesaikan konflik atau ketegangan yang mungkin ada. Dengan demikian, seseorang dapat memastikan bahwa interaksi sosialnya berjalan secara positif dan konstruktif.
Melakukan Komunikasi Verbal dan Non-verbal
Komunikasi verbal melibatkan penggunaan bahasa lisan atau tertulis untuk menyampaikan informasi, gagasan, atau perasaan. Sementara itu, komunikasi non-verbal melibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara, dan bahasa tubuh lainnya untuk menyampaikan pesan yang mungkin tidak diungkapkan secara verbal. Dengan menggabungkan kedua jenis komunikasi ini secara efektif, seseorang dapat memastikan bahwa pesannya dipahami dengan jelas oleh lingkungan sosialnya.
Di tengah disrupsi yang terjadi dalam kehidupan saat ini, keterampilan sosial menjadi semakin penting. Dalam situasi yang serba berubah dan tidak pasti seperti ini, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, berkolaborasi, dan membangun hubungan yang solid dengan orang lain menjadi kunci.
Keterampilan sosial yang kuat memungkinkan kita untuk lebih mudah beradaptasi dengan perubahan, menemukan solusi atas tantangan yang muncul, dan tetap produktif dalam lingkungan yang berubah dengan cepat. Maka demikian dalam era disrupsi seperti sekarang ini, memperkuat keterampilan sosial kita adalah langkah yang sangat penting untuk tetap relevan dan berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.
- International Black Panther Unit LSQ Ar-Rohmah Gelar Kenaikan Sabuk dan Pengukuhan Sabuk Hitam Kehormatan - 02/11/2024
- Bedah Buku “Tafsir Ekologi” Prof. Abdul Mustaqim, Menggali Relasi Eko-Teologis di Gedung Teatrikal FUPI - 28/10/2024
- Pesantren LSQ Ar-Rahmah Manfaatkan Aset Bangunan untuk Usaha Pengembangan Ekonomi - 17/06/2024