Anomali Media: Empati untuk Netanyahu, Sunyi untuk Palestina

0
109

Gambar dibuat menggunakan AI sebagai ilustrasi

Oleh: Muhammad Fadlan Hidayat

Kolom Opini – Pada Oktober lalu (19/10), kediaman Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Caesarea menjadi sasaran serangan drone oleh kelompok Hizbullah dari Lebanon. Salah satu dari tiga drone yang diluncurkan tersebut, berhasil menghantam jendela kamar tidur Netanyahu. Meskipun drone tersebut tidak sampai menembus ke dalam bangunan karena benteng pertahanan rumah yang kuat, tetapi kerusakan yang ditimbulkan pada bagian luar sangat besar. Foto-foto kerusakan yang dirilis oleh sensor militer Israel pada hari selasa (22/10) memperlihatkan bagaimana jendela yang rusak akibat hantaman drone tersebut.

Drone-drone ini memiliki kemiripan dengan jenis drone yang menghantam pangkalan perekrutan Golani pada pekan sebelumnya, sebuah serangan yang menewaskan empat tentara dan melukai puluhan orang lainnya. Serangan pesawat tanpa awak ini bisa terbang dengan ketinggian di atas rata-rata sehingga sulit dideteksi dan dicegat oleh pihak Israel, dan masalah ini menjadi tantangan tersendiri bagi sistem pertahanan Israel sekaligus menjadi ancaman nyata bagi pemerintah Israel.

Pada saat kejadian, beruntung Netanyahu dan istrinya sedang tidak berada di rumah mereka, serta dilaporkan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Namun, kegagalan sistem peringatan Israel  yang menyebabkan sirene tidak berbunyi di Caesarea, mengundang sorotan. Walaupun dua drone lainnya berhasil ditembak jatuh oleh militer Israel sebelum mencapai wilayah tersebut, tetapi drone yang ketiga berhasil mencapai sasaran karena menghilang dan tidak terdeteksi oleh radar.

Media-media seperti Al Arabiya, Sky News, dan Al Asharq Al-Awsat yang memberitakan insiden serangan drone Hizbullah terhadap rumah pribadi Perdana Menteri Israel, tampak membawa narasi pemberitaan dengan tidak bijaksana (berat sebelah). Ketumpang-tindihan ini menimbulkan sebuah paradoks dalam pandangan penulis, di mana mereka dengan jelas menggambarkan kerusakan pada jendela di kediaman Netanyahu, memaparkan kegagalan sistem peringatan Israel, dan menyoroti ancaman bagi kehidupan pemimpin negara tersebut. Sayangnya, dalam berita semacam ini, simpati dan perhatian besar diberikan kepada keamanan dan perlindungan Israel, sementara bagaimana melihat kondisi warga Palestina yang setiap hari menghadapi situasi serupa bahkan lebih parah justru seringkali diabaikan(?).

Dalam berita ini, kerusakan materi yang diderita Netanyahu ditonjolkan seolah menjadi tragedi serius, sementara ketidakadilan dan kezaliman yang dialami oleh penduduk Palestina, termasuk Lebanon baru-baru ini, seperti perusakan bangunan, pengeboman yang membabi buta, dan bahkan nyawa yang hilang bagaikan permainan, jarang sekali diberitakan dengan perhatian serupa. Media-media ini cenderung menunjukkan empati selektif, di mana serangan terhadap Israel diposisikan sebagai ancaman terhadap keamanan nasional tanpa berkaca terlebih dahulu atas tindakan militer mereka yang sering menyasar wilayah Palestina dan menimbulkan penderitaan luar biasa bagi rakyat Palestina. Menurut hemat penulis, mempertimbangkan latar belakang dari media-media ini yang berasal dari negara Uni Emirat Arab (Al Arabiya dan Sky News) dan London (Al Asharq Al-Awsat) yang memiliki hubungan cukup spesial dengan Israel. Maka dapat diketahui bahwa terdapat intervensi dari dalam pada channel-channel berita tersebut. Terdapat beberapa narasi yang seakan-akan memberikan dukungan kepada Israel dan mengabaikan penderitaan yang dialami oleh masyarakat Palestina dan Lebanon, tentu ini merupakan bentuk kemunafikan dan ketidakintegritasan dari para elit yang memegang kuasa dengan mudah mengendalikan semuanya sesuka mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here