Dunia semakin berjalan cepat, dalam hiruk-pikuk pencapaian, manusia sering lupa, bahwa semakin tinggi ia naik, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul. Ujian kenaikan sabuk International Black Panther Karate Indonesia Minggu (30/11) sore ini menjadi pengingat bahwa prestasi bukanlah titik akhir, melainkan pintu menuju perjalanan yang lebih berat—dan lebih bermakna.

Sensei Syafruddin Andi Arif atau akrab disapa Sensei Didin, mengurai makna kenaikan tingkat dengan kalimat sederhana, namun menghentak kesadaran:

“Kenaikan sabuk bukanlah tanda perjalanan telah selesai, justru sebaliknya. Semakin tinggi sabuk karateka, semakin besar tanggung jawab yang ia pikul.”

Bukan trofi, bukan simbol status. Sabuk hanyalah kain kecil nun berwarna. Yang membedakan nilainya adalah kedisiplinan, kejujuran, dan kerja keras yang menempel di baliknya. Sabuk bisa diikat oleh siapa pun, tetapi kehormatan hanya bisa dipakai oleh mereka yang sanggup menjaganya.

Lebih lanjut, Sensei Didin menegaskan:

“Seorang karateka sejati tidak menjadi sombong ketika tingkatnya naik. Ia (akan) lebih tunduk, rendah hati, semakin disiplin, dan (tetap) fokus berlatih.”

Setiap warna sabuk, katanya, bukan untuk dipamerkan, melainkan untuk dihayati; latihan makin rutin, sikap makin terjaga, hati makin bersih. Karate tak cukup membentuk otot. Ia membentuk jiwa.

“Karate bukan sekadar pembentukan fisik, tetapi (juga) pembentukan karakter, kejujuran, integritas, loyalitas, dan kerendahan hati—itulah energi terbesar seorang karateka.”

Dengan lantang, Sensei menutup:

“Sabuk mungkin berada di pinggang, tapi kehormatan ada di dalam diri. Teruslah berlatih, teruslah menata diri, dan jadilah teladan bagi generasi berikutnya.”

Menariknya, pusat pembinaan yang dulu berkiblat sebagai regional timur, pusat IBKI kini ditetapkan berada di Makassar. Tanda bahwa nilai-nilai luhur karate tidak hanya dijaga, tetapi disebar dan diperluas. Salah satunya melebarkan sayap hingga Yogyakarta, melalui unit LSQ ar-Rohmah.

Tabik dari Sang Pembina: Jangan Tinggalkan Generasi yang Lemah

Tak kalah mendalam nun bermakna, Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag. memberikan penekanan yang menyentuh dimensi spiritual seni bela diri karateka:

“Berapapun orangnya, tetap berlatih. Kenaikan sabuk harus ditunjukkan melalui sikap, perilaku yang baik, mental yang kuat, bertanggung jawab, teliti, pun disiplin.”

Beliau mengutip sabda Nabi, Al-mu’minul qowiyyu khoiru wa ahabbu ilallah minal mu’minidl dlo’iifi (HR. Muslim no. 2664. Lihat Syarh Nawawi, jilid 8, hal. 260.)

“Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada yang lemah.”

Kekuatan yang dimaksud bukan sekadar fisik, tapi juga mental dan spiritual. Dan pesan itu berpuncak pada peringatan halus dari surat An-Nisa ayat 9: jangan tinggalkan generasi lemah. Bukan hanya lemah tubuhnya, tetapi juga lemah mental, integritas, dan adabnya.

Karate Hari Ini, Prestasi atau Peradaban?

Dalam setiap ujian kenaikan sabuk, terselip pertanyaan filosofis-etik yang mungkin jarang kita renungkan: pertama, apakah kita sedang membesarkan atlet, atau membentuk manusia?; kedua, apakah sabuk jadi alat ukur popularitas, atau parameter akhlak?; dan ketiga, apakah karate hanya teknik, atau sebuah cara hidup?

Jika pesan para guru ini diamalkan, karate kembali pada hakikatnya. Seni yang mengajarkan keheningan di balik kekuatan, kesederhanaan di balik keahlian, dan kerendahan hati di balik kemenangan.

Seorang karateka sejati tidak dikejar oleh ambisi, tetapi dituntun oleh sikap.

Sabuk Boleh Naik, Hati Jangan Turun

Suatu hari, sabuk akan berubah warna. Tapi di saat yang sama, hidup juga akan menuntut sikap.

Maka, jika sabuk makin tinggi, hendaklah kepala makin menunduk.
Jika kekuatan bertambah, hendaklah kelembutan menyertai.
Jika teknik semakin mahir, hendaklah adab semakin luhur.

Karena pada akhirnya,

“Karateka bukan diukur dari apa yang ia capai, tetapi dari bagaimana ia menjaga sikap selama perjalanan hidupnya.”

Dan bila itu benar-benar dijalankan, maka yang berwarna bukan hanya sabuknya—tetapi juga kehidupannya.

Oss ….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here